Abang mau share makalah gw nih tugas agama tentang Perkembangan Islam Pada abad pertengahan.
Bagi yang ingin mendownload silahkan di readmore duludehh
Ini Saya kasih liat potongan Pembahasan materi ya itung-itung biar ke cepet ke index sama SE
tapi jika yang ingin mendownload makalah yang lengkapnya silahkan cek link download yang ada di bawah
PEMBAHASAN
A. MASA KEMAJUAN ISLAM
(650-1000 M)
Ada beberapa langkah-langkah awal yang dilakukan oleh pendiri
khalifah Abbasiyah dalam menata pemerintahannya. Salah satunya adalah melakukan
penataan internal dan eksternal. Dibidang internal Abbasiyah membangun ibu kota
baru, menata sumber penghasilan Negara, membentuk Biro – Biro, Membangun sistem
organisasi militer, menciptakan administrasi wilayah pemerintahan dan
memberangus dominasi Arab di posisi pemerintahan strategis dan menggantinya
dengan profesionalisme serta perluasan fungsi jawatan pos menandai adanya
perubahan dalam tata pemerintahan yang ideal. Sementara dibidang eksternal
mereka membangun hubungan internasional dan melakukan ekspansi wilayah.
Sebagaimana kita ketahui, puncak masa keemasan Islam terjadi
pada masa Al-Mansur, al Mahdi, al-Hadi, Harun al Rasyid, al Makmun, al Mu’tasim
al Wathiq serta al Mutawakkil. Konsep konsep pemerintahan dari Persia juga
diadopsi beberapa khalifah Abbasiyah dengan cara melakukan kawin silang dengan
wanita – wanita Persia. Perkawinan ini melahirkan khalifah baru, salah satunya
adalah al-Makmun. Pada masa ini pula tata pemerintahan Islam tak lagi menjadi
monopoli orang arab. Dinasti abbasiyah membuka ruang yang luas bagi orang di
luar Arab, yang ahli di bidangnya, duduk di pemerintahan. Ini terbukti dengan
masuknya orang – orang Turki dan Persia.
Pembentukan ibukota baru yang berfungsi sebagai pusat
pemerintahan, administrasi dan meliter serta lalu lintas ekonomi. Al-Mansur
memilih Baghdad sebagai Ibu kota, tempat tersubur di Iraq yang memperoleh
pengairan dari sungai Tigris dan Euphrate. Perlu diketahui pada masa Bani
Umayyah ibukota pemerintahan berpusat di Damaskus. Pada perkembangannya kota Baghdad
menjadi kota bercorak kosmopolitan dengan penduduk beragam suku, etnis agama
dan profesi. Selain itu Baghdad menjadi lalu lintas perdagangan internasional.
Pada paruh pemerintahan, dibawah kepemimpinan al-Mansur,
Dinasti Abbasiyah melakukan perubahan visi pemerintahan khalifah dari otoritas
penuh khalifah menjadi tugas seorang perdana menteri. Yang membawahi kepala –
kepala departemen. Beberapa departemen dibawah wazir masing – masing adalah ;
Departemen keuangan, Departemen Kehakiman, Departemen Perhubungan. Adapun
urusan sekretriat negara dipimpin seorang Raisu al Kuttab yang membawahi ;
Sekretaris Urusan Surat Menyurat, Sekretaris Urusan Keuangan, Sekretaris Urusan
Tentara, dan Sekretaris Urusan Kehakiman. Orang pertama yang menjabat posisi
wazir adalah Khalid bin Barmak asal Balkh (Bachtral) Persia.
Perkembangan lainnya terlihat pada serangkaian ekspansi
wilayah kekuasaan ke Bizantium. Al- Mahdi adalah khalifah Abbasiyah pertama
yang mengumandangkan perang melawan Bizantium, memulai serangan dan sukses
brilian. Pada 782 pasukan Arab, mencapai Bosporus dan memaksa Ratu Irene
berdamai dengan membayar upeti sebesar 70-90 ribu dinar. Selama ekspedisi
inilah harun memperlihatkan kepiawaiannya, sehigga ayahnya memberi gelar
al-Rasyid dan mengangkatnya sebagai pewaris Musa al-Hadi saudaranya. Kemudian
Harun melanjutkan serangkaian ekspansi wilayah ke Asia Kecil, Heraklea, dan
Tyna.
Dinasti Abbasiyah terus berupaya memajukan Islam dengan
membangun hubungan internasional pada masa Harun al-Rasyid. Diantaranya
menjalin hubungan dengan Charlemagne. Dari hubungan ini Harun berkepentingan
untuk menghadapi saingannya,Bani Umayyah, di Spanyol. Menurut Richard Coke
sebagai mana dikutip Syalabi, pemerintahan Abbasiyah disegani di dalam maupun
di luar negeri.
FAKTOR-FAKTOR KEMAJUAN
ISLAM
Semua capaian-capain diatas secara tidak langsung menjadi
faktor awal berkembangannya Ilmu pengetahuan dan Filsafat. Adapun faktor-faktor
Yang Mendorong Kebangkitan Filsafat Dan Sains yang lain adalah :
1. Terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dengan
bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami perkembangan dalam ilmu
pengetahuan.
Berkat keberhasilan penyebaran Islam keberbagai wilayah yang
baru, Islam bertemu dengan berbagai kebudayaan baru yang memiliki khazanah
pengetahuan yang baru pula dan ini bertemu dengan semangat Umat Islam yang
terdorong ajaran agamanya untuk mencari dan mengembangkan ilmu pengetahuan dari
manapun.
2. Pluralistik dalam pemerintahan dan politik
Untuk mengokohkan dinastinya, al-Mansur mengambil strategi
yang berbeda dengan Dinasti Umayyah. Dinasti Abbasiyah sangat berbeda Dinasti
Umayyah yang sangat bercorak ke Araban. Beberapa hal yang dilakukan oleh
al-Mansur antara lain dengan memasukkan orang-orang Persia dalam struktur
pemerintahan, seperti menerapkan sistem administrasi pemerintahan Persia dan
mengangkat Khalid bin Barmak sebagai wazir-yang kemudian menjadi salah satu
tokoh dalam perkembangan ilmu pengetahuan di Bani Abbas-, menjadi guru bagi
Harun al-Rasyid bahkan dia mengawini perempuan Persia dan memiliki keturunan
khalifah yang mempunyai perhatian terhadap ilmu pengetahuan. Konsep konsep
pemerintahan ala Persia juga diadopsi beberapa khalifah Abbasiyah dengan cara
melakukan kawin silang dengan wanita – wanita Persia (shi’i). Perkawinan ini melahirkan
khalifah baru, salah satunya adalah al-Makmun. Pada masa ini pula tata
pemerintahan Islam tak lagi menjadi monopoli orang arab. Dinasti abbasiyah
membuka ruang yang luas bagi orang di luar Arab, yang ahli di bidangnya, duduk
di pemerintahan. Ini terbukti dengan masuknya orang – orang Turki dan Persia.
3. Stabilitas Pertumbuhan Ekonomi dan Politik
Harun al-Rasyid memanfaatkan kemajuan perekonomian untuk
pembangunan di sektor Sosial dan Pendidikan. Seperti pengadaan sarana belajar
bagi masyarakat umum. Penyediaan infrastruktur yang dilakukan oleh Harun
al-Rasyid pada akhirnya dilanjutkan oleh al-Ma’mun, khususnya dalam bidang
pengembangan pendidikan, ilmu pengetahuan, kehidupan intelektual serta
kebudayaan.
4. Gerakan Penterjemahan
Gerakan ini berlangsung dalam 3 (tiga) fase. Fase pertama,
pada masa al-Mansur hingga Harun al-Rasyid. Pada fase ini yang banyak
diterjemahkan adalah karya-karya bidang astronomi dan manthiq. Fase kedua
berlangsung mulai masa al-Ma’mun hingga tahun 300 H. Buku-buku yang banyak
diterjemahkan adalah dalam bidang filsafat dan kedokteran. Fase ketiga, setelah
tahun 300 H, terutama setelah adanya pembuatan kertas. Karya-karya yang
diterjemahkan mulai meluas dalam semua bidang keilmuan.
Manuskrip yang berbahasa Yunani diterjemahkan dahulu ke dalam
bahasa Siriac-Bahasa Ilmu pengetahuan di Mesopotamia-kemudian diterjemahkan
kedalam bahasa arab.
Para penterjemah yang terkenal pada masa itu, antara lain :
a) Hunain ibn Ishaq, ilmuwan yang mahir berbahasa arab dan
yunani. Menerjemahkan 20 buku Galen ke dalam bahasa Syiria dan 20 buku dalam
Bahasa Arab.
b) Ishaq ibn Hunain ibn Ishaq
c) Tsabit bin Qurra
d) Qusta bi Luqa
e) Abu Bishr Matta ibn Yunus
Semua penterjemah ini, kecuali Tsabit ibn Qurra yang
menyembah bintang, adalah penganut agama kristen.
5. Berdirinya perpusatakaan-perpustakaan dan menjadi pusat
penterjemahan dan kajian ilmu pengetahuan
Al-Ma’mun yang berpaham mu’tazilah, sangat mencintai ilmu
pengetahuan, sehingga kebijakan dibidang ilmu pengetahuan sangat menonjol yang
mengakibatkan gairah intelektual mendapatkan wadah. Ia mendirikan Baitul Hikmah
yang berfungsi sebagai perpustakaan, akademi, pusat penterjemahan dan lembaga
penelitian. Bahkan dilingkungan istana juga didirikan perpustakaan pribadi
khalifah yang berfungsi sebagai lembaga pendidikan bagi keluarga istana dan
terhimpun didalamnya para ilmuwan, ulama dan para pujangga.
Jadi di zaman inilah daerah Islam meluas yang akhirnya ilmu
pengetahuan berkembang dan memuncak baik dalam bidang agama, non agama dan
kebudayaan Islam. Hal ini dibuktikan dengan munculnya ulama-ulama besar seperti
Imam Malik, Imam Abu Hanifah, Imam Syafi’I dan Imam Ibn Hanbal dalam bidang
hokum. Dalam bidang teologi : Imam al-Asy’ari, Imam al-Maturidi, pemuka-pemuka
Mu’tazilah seperti Wasil Ibn Ata’, Abu al-Huzail, al-Nazzam, dan al-Jubba’i.
sedangkan dalam tasawuf atau mistisisme : Zunnun al-Misri, Abu Yazid al-Bustami
dan al-Hallaj. Dalam bidang filsafat : al-Kindi, al-Farabi, Ibn Sina dan Ibn
Maskawaih. Dalam bidang ilmu pengetahuan : Ibn al-Haysam, Ibn Hayyan,
al-Khawarizmi, al-Mas’udi dan al-Razi.
B. MASA KEMUNDURAN
ISLAM (1250-1500 M)
Kemunduran Islam di Bagdad
Masa-masa kemajuan dunia islam yang telah berjalan beberapa
abad lamanya, yang pengaruhnya telah merebak dan merambah jauh ke berbagai
belahan dunia non muslim pada akhirnya juga mengalami masa-masa kemundurannya.
Berbagai macam krisis yang sangat komplek sekali telah menerpa dunia islam.
Jatuhnya kota Bagdad pada tahun 1258 M ke tangan bangsa mongol bukan saja
mengakhiri khilafah Abbasiyah, tetapi merupakan juga awal kemunduran peradaban
islam, karena Bagdad sebagai pusat kebudayaan dan peradaban islam yang sangat
kaya dengan khazanah ilmu pengetahuan itu ikut pula lenyap dibumihanguskan oleh
pasukan mongol yang di pimpin Hulagu Khan.
Bagdad yang terkenal sebagai pusat kebudayaan dan pengetahuan
islam, pada tahun 1258 M mendapat serbuan tentara mongol. Tentara mongol
menyembelih seluruh penduduk dan menyapu Bagdad bersih dari permukaan bumi.
Dihancurkan segala pusaka dan peradaban yang telah dibuat beratus-ratus tahun
lamanya. Diangkut kitab-kitab yang telah dikarang oleh ahli ilmu pengetahuan
bertahun-tahun lalu dihanyutkan ke dalam sungai dajlah, sehingga berubah warna
airnya lantaran tinta yang larut. Khalifah sendiri beserta keluarganya dimusnahkan
sehingga terputuslah keturunan abbasiyyah dan hancurlah kerajaannya yang telah
lama bertahta selama 500 tahun.
Kemunduran Islam di Andalusia (Spanyol)
Pada tanggal 19 juli 711 M atas permintaan putra witiza yang
kalah saingan dengan raja Roderick dalam memperebutkan kekuasaan di wilayah
Andalusia gubernur afrika utara, Musa bin Nusair mengutus Thariq bin Ziyad
untuk berangkat ke Andalusia untuk membebaskan rakyat dari tekanan raja
Roderick. Thariq membawa 7.000 pasukan yang sebagian terdiri dari orang-orang
barbar. Sedangkan raja Roderick membawa 25.000 orang tetapi pasukan sebesar ini
bisa dikalahkan oleh kaum muslimin yang bekerjasama dengan rakyat Ghatic untuk
menggulingkan kekuasaan Roderick.
Setelah mengalahkan Roderick disusul dengan daerah daerah
yang lainnya tanpa ada perlawanan yang berarti. Sehingga wilayah Andalusia
seluruhnya telah dikuasai oleh orang-orang muslim. Dibawah pimpinan Thariq
rakyat saling berdampingan baik muslim atau non muslim, arab atau non arab,
merdeka atau budak sehingga dalam pemerintahannya mengalami kemajuan yang
sangat pesat.
Ketika Bagdad dihancurkan oleh tentara mongol yang dipimpin
Hulagu Khan (anak Jenghiz Khan), sebanarnya Umayah di Andalusia juga sedang
mengalami sebuah krisis pemerintahan dimana kekuasaan Islam sudah banyak yang
terlepas karena mengalami berbagai macam faktor diantaranya mendapatkan
serangan dari tentara-tentara kaum Kristen yang tidak rela tanahnya diduduki
oleh pendatang. Satu demi satu wilayah kekuasaan islam berhasil direbut kembali
oleh kaum kristiani, kota Toledo yang menjadi pusat peradaban islam terbesar di
eropa berhasil direbut oleh Alfonso VI dan Castilia pada tahun 1085, Alfonso
VIII pada tahun 1212 berhasil merebut navas de Tolosa dan Andalusia. Pada tahun
1236 M Cordova jatuh ke tangan Ferdinan III dari Castilia, dan pada tahun 1492
M kota Granada yang menjadi satu-satunya kota yang tersisa di tangan bani
Umayah jatuh ke tangan raja Ferdinand dari Aragon yang beraliansi dengan ratu
Isabella dari Castilia.
Satu tahun (1493) setelah kemenangan tersebut dalam rangka
untuk menghilangkan symbol-simbol atau jejak-jejak Islam maka mereka menyapu
bersih kaum muslimin dengan cara dipaksa, Masjid-masjid disulap menjadi
gereja-gereja dan kebudayaan-kebudayaan islam yang tak ternilai harganya
dihancurkan dengan rasa gembira.
Kemunduran Islam di Mongol
Bangsa mongol berasal dari daerah pegungungan Mongolia yang
membentang dari asia tengah sampai Siberia utara, Tibert selatan dan Manchuria
barat serta Turkistan timur. Nenek moyang mereka bernama Alanja Khan yang
mempunyai dua putra kembar Tatar dan Mongol. Kedua putra ini melahirkan dua
suku bangsa besar, Mongol dan Tatar. Mongol mempunyai anak beranam Ilkhan yang
melahirkan keturunan pimpinan bangsa Mongol di kemudian hari.
Mereka adalah kabilah besar yang menyerupai sebuah bangsa
pedalaman penduduk dan nomadic. Mereka adalah para pengembala yang hidup di
dataran luas di daratan yang luas. Pekerjaan mereka sehari-hari adalah sebagai
penggembala dan pemburu, sebagaimana orang nomad mereka memiliki karankter
kasar, suka berperang, kejam.
Mayoritas mereka adalah para penyembah berhala dan penyembah
kekuatan-kekuatan ghaib seperti jin dan setan. Bangsa Mongol mengalami kemajuan
ketika di pimpin oleh Timujin yang bergelar Jenghis Khan (Raja yang perkasa).
Ketika dia memimpin bangsa Mongol banyak daerah yang ditaklukannya seperti
Cina, dan negeri-negeri Islam lainnya.
Pada saat kondisi fisiknya mulai lemah, Jenghiskan mulai
menyerahkan kepemimpinannya kepada anaknya yang bernama Hulagu Khan. Ia
berhasil mengalahkan pemerintahan abbasyiah yang dipimpin al-Mu’tashim dan
menghacurkan peradaban dunia islam. Walaupun sudah dihancurkan, Hulagu Khan
memantapkan kekuasaannya di Bagdad selam dua tahun, sebelum melanjutkan gerakan
ke Syiria dan Mesir, tetapi mereka di Mesir dikalahkan oleh pasukan mamalik
dalam perang ‘ain jalut pada tanggal 3 september 1260.
Bagdad dan daerah-daerah yang ditaklukan Hulagu selanjutnya
diperintah oleh dinasti Ilkhan. Ilkhan adalah gelar ayang diberikan kepada
Hulagu Khan. Ilkhan berarti Khan yang Agung. Selajutnya gelar tersebut diwarisi
oleh para keturunannya. Keturunan dari Hulagu Khan yang beragama islam adalah
Ahmad Taguder, tapi beliau mati ditangan para pembesar kerajaan yang lain.
Selain Taguder, Mahmud Ghazan (1295-1304), raja yang ketujuh, dan raja-raja
selanjutnya pemeluk agama islam, dengan masuknya beliau, islam mengalami
kemenangan yang sangat besar terhadap agama syamanisme.
Berbeda dengan raja-raja sebelumnya, Ghazan mulai
memperhatikan perkembangan peradaban. Ia seorang pelindung ilmu pengetahuan dan
sastra. Ia amat gemar kepada kesenian terutama arsitektur dan ilmu pengetahuan
alam seperti astronomi, kimia minerologi, metalurti dan botani. Ia membangun
semacam biara untuk para darwi, perguruan tinggi madzhab Syafi’I dan hanafi,
sebuah perpustakaan, observatorium dan gedung-gedung umum lainnya. Pada masa
pemerintahan Abu Sa’id (1317-1334 M), terjadi kelaparan yang sangat menyedihkan
dan angin topan dengan hujan es yang mendatangkan mala petaka.
Kerajaan Ilkhan yang didirikan oleh hulagu khan
terpecah-pecah setelah pemerintahan Abu Sa’id kerajaan pecahan-pecahan tersebut
ditaklukan oleh timur lenk. Penguasa islam yang terakhir dari keturunan Mongol
adalah timur lenk yang berarti timur si pincang, berbeda dengan penguasa-penguasa
islam lainya bahwa timur lenk sejak kecil sudah masuk islam. Sejak remaja dia
sudah kelihatan keberaniannya sehingga ketika tanah kelahirannya diserbu oleh
pasukan Tughluq timur khan, Timur lenk bangkit meminpin perlawanan untuk
membela nasib kaumnya yang tertindas. Ketika Timur lenk menjadi penguasa
tunggal di tanah kelahirannya, ia mulai melakukan invasi-invasi ke
wilayah-wilayah lain.
Di Afganistan ia membangun menara, yang disusun dari 2000
mayat yang dibalut dengan tanah liat. Di Isfahan, ia membantai lebih kurang
70.000 penduduk. Kepala-kepala mayat dipisahkan dari tubuhnya dan disusun
menjadi menara. Pada tahun 1401 M ia memasuki daerah syiria utara. Tiga hari
lamanya aleppo dihancur leburkan. Kepala dari 20.000 penduduk dibuat pyramid
setinggi 10 hasta banyak bangunan dan sekolah dihancurkan.
Sekalipun ia seorang penguasa yang sangat kejam terhadap
penentangnya, sebagai seorang muslim ia tetap memperhatikan pengembangan islam.
Konon, ia adalah penganut syiah yang taat dan menyukai tasawuf tarekat
naqsyabandiyah. Dalam invasi-invasi ia selalu membawa ulama, sastrawan dan
seniman. Ulama dan ilmuan di hormatinya, dan yang menjadi heran adalah setiap
pembantaian di wilayah-wilayah yang dikuasainya ia tidak membantai para ulama
dan ilmuan bahkan ia membawa para ulama dan ilmuan tersebut ke negerinya.
Setelah kematian timur lenk pada tahun 1404. Kekuasaannya
digantikan oleh anaknya yang bernama Syah Rukh (1404), ia seorang raja yang
adil dan lemah lembut. Setelah wafat, ia diganti oleh anaknya Ulugh Bey, ia
seorang raja yang alim dan sarjana ilmu pasti. Selama dua tahun memerintah ia
dibunuh oleh anaknya yang haus kekuasaan, abul latif. Kerajaan timur lenk dan
keturunannya berakhir ditangan abu sa’id, dimana ketika ia memerintah banyak
wilayah-wilayah yang ditaklukannya memisahkan diri dan banyak huru-hara di
sana-sini. Abu said sendiri terbunuh ketika berperang melawan Uzun Hasan,
pengusa Ak Koyunlu.
Kemunduran Islam di Mesir
Satu-satunya negeri islam yang selamat dari serbuan-serbuan
tentara mongol dan timur lenk, adalah Mesir. Mongol dan timur lenk tidak mampu
mengalah kan negeri mesir Karena di sana terdapat dinasti Mamalik. Mamalik
adalah jamak dari mamluk yang berarti budak. Dinasti mamlik memang didirikan
oleh para budak. Pada awalnya para budak tersebut dibebaskan dan dijadikan
tentara persisnya menjadi bodyguard (pengawal) para raja pada masa pemerintahan
ayyubiyah karena prestasi yang diraihnya sangat besar maka para raja banyak
mengambil para budak sebagai tentara.
Penguasa ayyubiyah yang terakhir al-Malik al-shalih meninggal
(1249), kemudian digantikan oleh anaknya bernama Turansyah. Golongan mamalik
merasa terancam karena Turansyah lebih dekat kepada tentara kurdi, sehingga
para mamalik merencanakan pembunuhan kepada Turansyah dibawah pimpinan Aybak
dan Baybars, keduanya berhasil membunuh Turansyah. Atas kesepakatan mamalik,
istrinya (Syajar al-Durr) al-Malik menjadi raja menggantikan Turansyah selama
80 hari, kemudian ia menikah dengan aybak dan menyerahkan tampuk kepemimpinanya
kepada suaminya.
Dinasti mamalik mengalami perkembangan yang sangat pesat
ketika dipimpin oleh baybars, ia seorang pimpinan militer yang tangguh dan
cerdas. Pada masa ini banyak para ilmuan yang muncul baik ilmu pasti, umum
ataupun agama. Diantra para ilmuan tersebut, Ibn Khaldun, Ibn Hajr al-Asqalani,
Ibn Taimiyah, Ibn Qayyim al-Jauziyah.
Kemunduran dinasti mamalik disebabkan karena para sultan
tidak lagi memperhatikan kesejahtraan rakyatnya mereka lebih mementingkan
dirinya sendiri, menerapkan pajak yang sangat memberatkan rakyat.
itu baru potongan aja blom lengkap kalau yang mau lengkap download aja di bawah yak
Ok segitu dulu posting dari ane semoga berguna
Assalamu'alaikum Wr. Wb
DOWNLOAD
1 komentar:
subhanallah....postingan yang luar biasa sob....
islam pasti jaya selamanya sob....
Posting Komentar
Tolong Jangan
Komentar seperti itu saya akan hapus